Literasi Digital Keluarga – Memasuki awal 2020, dunia disambut oleh pandemi Covid19 yang melanda seluruh dunia. Pandemi ini tidak hanya mempengaruhi aspek kesehatan tetapi mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Karakteristik penularan virus Covid19 yang sangat cepat melalui pernafasan memaksa setiap orang merubah cara bersosialisasi. Covid19 memaksa kita menggunakan masker, melakukan sterilisasi, dan yang paling berdampak pada sosialisasi manusia adalah menjaga jarak sosial.

Memakai masker dan melakukan sterilisasi pribadi atau lingkungan boleh jadi tidak terlalu memberikan dampak perubahan gaya hidup. Mungkin hanya memperkuat kebiasaan baru dan untuk menggunakan kostum tambahan (baca: masker). Jauh-jauh hari sebelum adanya pandemi Covid19 sudah banyak program mencuci tangan pakai sabun, anjuran mencuci tangan, membersihkan peralatan pribadi. Sehingga tidak merasakan perubahan perilaku yang siginifikan, hanya memperkuat saja, ditambah kebiasaan membawa hand sanitizer atau kita lebih rajin melakukan desinfektan terhadap barang-barang yang kita gunakan. Dalam hal ini pencegahan penularan Covid19 justru memperkuat perilaku positif.

Dampak terbesar dari pandemi Covid19 adalah perlunya menjaga jarak sosial. Kelihatan sepele, namun dampaknya ternyata menyentuh berbagai kehidupan manusia. Salah satu aspek yang paling terpukul adalah ekonomi. Bayangkan, dalam kurun waktu satu tahun ini interaksi manusia dibatasi. Orang-orang yang biasanya menjalankan aktivitas dengan cara bertemu langsung, sekarang ini menjadi terbatas. Orang-orang tidak boleh berada dalam kerumunan dan wajib membatasi pertemuan. Padahal sebelum pandemi Covid19 terjadi, hampir semua kegiatan sosialisasi manusia dilakukan dengan pertemuan langsung.  Transaksi pasar, perkantoran, sekolah, perkawinan, konser musik, arisan, hajatan, dan semua kegiatan sosial yang berhubungan antara satu manusia dengan manusia lain. Tiba-tiba saat pandemi datang, semua harus berhenti ataupun dibatasi. Tentu saja seluruh dunia shock, kaget. Pelaku usaha tentu saja harus membatasik kegiatan ekonomi bahkan menghentikan kegiatannya. Masyarakat terbebani dengan kebutuhan tinggi namun penghasilan rendah. Tidak seorangpun yang siap mengantisipasi datangnya badai ini.

Internet of Things

Sebenarnya kondisi seperti ini bukan tanpa solusi, hanya saja kita semua membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Sejak ditemukannya internet tahun 1969 melalui proyek ARPA dan digunakan secara luas oleh masyarakat di tahun 90-an, masyakarat Indonesia khususnya sudah menggunakan fasilitas yang dapat melakukan komunikasi dan interkoneksitas jarak jauh. Artinya, ada media atau alat bantu untuk manusia untuk berkomunikasi tanpa harus bertemu secara fisik. Diawal penggunannya, fasilitas dan aplikasinya sangat terbatas jika dibandingkan dengan kemajuan teknologi internet yang dapat kita nikmati hari ini.

Masyarakat menggunakani internet sebagai teknologi komunikasi berbasis digital dimana jaringannya memungkinkan kita untuk terhubung dengan orang lain di belahan bumi manapun sepanjang terhubung dengan jaringan internet. Hari ini seluruh dunia memanfaatkan jaringan internet sebagai sebuah media sosialisasi dan komunikasi. Kegiatan-kegiatan yang tadinya harus dilakukan secara tatap muka langsung dapat digantikan atau dibantu oleh teknologi digital. Mulai dari kegiatan jual beli, sekolah, rapat, arisan, pengajian dan seterusnya dapat dilakukan dengan menggunakan platform-platform digital yang dapat diakses oleh siapa saja.

Tingginya kasus penularan Covid 19 disebabkan tidak terkendalinya pertemuan-pertemuan tatap muka langsung yang sebenarnya tetap bisa dilakukan dengan bantuan teknologi digital. Ada sekian banyak aplikasi yang memudahkan komunikasi dan juga tatap muka secara virtual. Sejujurnya, memang sensasi yang dirasakan berbeda jika kita bertatap muka secara fisik langsung namun dalam kondisi seperti ini tatap muka virtual pastinya jauh lebih aman.

Masyarakata pengguna teknologi digital memang tidak serta merta seperti membalikkan telapak tangan. Mungkin tidak sulit untuk mengoperasikan aplikasi-aplikasi digital karena selama 20 tahun kebelakang ini masyarakat dunia sudah terbiasa menggunakan perangkat telepon selular dan smartphone. Yang terasa berbeda adalah efek psikologisnya. Sebelum pandemi, pertemuan dengan banyak orang adalah sebuah keniscayaan. Sementara hari ini kita dipaksa berhadapan dengan layar statis untuk berkomunikasi dengan banyak orang. Sosialisasi memang merupakan kebutuhan dasar manusia sehingga tentu saja cukup sulit untuk merubah gaya hidup dan kebiasaan. Oleh karenanya, perubahan mindset dan kesiapan menjalani perubahan menjadi faktor utama agar masyarakat mampu bertahan hidup di dalam perubahan zaman.

Teknologi Digital

Teknologi digital merupakan alat atau media atau perangkat yang pastinya akan mengalami percepatan perubahan yang mau tidak mau juga akan mempengaruhi cara pandang dan cara hidup manusia. Secara hukum alam, ini merupakan siklus evolusi peradaban dunia yang tidak bisa ditolak dan tidak dapat ditahan. Maka jalan terbaik adalah membuka hati dan pikiran lalu lapang dada menjalani perubahan menjadi manusia pembelajar dimanapun dan kapanpun kita berada.

Keluarga-keluarga di Indonesia telah menghadapi pandemi Covid19 lebih dari satu tahun. Banyak keluarga yang setiap harinya hampir 24 jam berada di rumah secara terus menerus. Situasi ini tentunya memberikan berbagai dampak pada suasana psikologis keluarga di rumah. Adanya pandemi Covid-19 memberikan dampak positif dan negatif pada suasana keluarga. Anggota keluarga, terutama ayah ibu yang tadinya bekerja dan banyak menghabiskan waktu di luar rumah, saat ini tentunya memiliki lebih banyak waktu dirumah untuk dihabiskan bersama keluarga. Banyak hal-hal baru tentang keluarga yang baru disadari setelah keluarga memiliki intensitas waktu berkumpul yang cukup lama. Namun demikian, intensitas waktu pertemuan yang tinggi diantara anggota keluarga juga menimbulkan potensi gesekan dan friksi yang cukup tinggi terutama bagi keluarga besar yang menempati satu rumah yang sama.

New Normal

Situasi baru yang disebut beberapa kalangan sebagai “new normal” memang memerlukan keterampilan beradaptasi khusus. Contohnya, dalam kondisi baru ini keluarga dituntut untuk memiliki keterampilan digital karena sebagian kegiatan sosialisasi, pekerjaan dan pendidikan beralih menggunakan teknologi digital. Bekerja dari rumah (WFH), Sekolah dari rumah (SFH), berbelanja dari rumah (online shopping), konsultasi kesehatan dari rumah (telemedicine), menikmati hiburan dari rumah, dan aktivitas-aktivitas lain yang sekarang ini dilakukan dirumah menjadi sebuah gaya hidup baru dalam era “new normal” seperti saat ini. Lagi-lagi untuk beralih pada kebiasaan baru ini dibutuhkan adaptasi. Adaptasi apa saja yang sebenarnya dibutuhkan dalam peradaban yang serba digital ini ?

Literasi digital keluarga dimanfaatkan agar sebuah keluarga mampu memanfaatkan teknologi digital dan alat-alat komunikasi atau jaringan untuk menemukan, mengevaluasi, menggunakan, mengelola, dan membuat informasi secara bijak dan kreatif. Keluarga mampu menggunakan teknologi digital dalam membangun sumber daya ekonomi, pendidikan dan sosialisasi terbatas selama pandemi Covid-19. Harapannya, dengan tingkat literasi digital yang tinggi, akan lahir sebuah masyarakat yang kompeten (memiliki keterampilan digital produktif) dan kritis (mampu menyaring informasi) sehingga tercipta tatanan baru yang seimbang, aman dan sejahtera walaupun harus hidup ditengah-tengah pandemi yang belum kita ketahui kapan akan berakhir.

Masuk ke dunia digital memang bukan tanpa resiko. Ada banyak hal baru yang perlu dipelajari, karena tidak semua hal dalam dunia digital bernilai positif, banyak juga pengaruh negatif yang perlu ditangkal oleh keluarga ketika masuk ke dalam dunia digital. Oleh karenya penguasaan literasi digital menjadi sangat penting. Agar dapat menerapkan literasi digital keluarga terlebih dahulu kita pelajari apa yang dimaksud dengan literasi digital. Pertama, setiap keluarga sebaiknya mulai meng-upgrade diri untuk menguasai literasi digital.

 Apa Itu Literasi Digital ?

Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari (GLN, 2017). Literasi digital dapat dimaknai sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital untuk kepentingan pengembangan diri dan organisasi. Dengan kata lain, kemampuan untuk membaca, menulis dan berhubungan dengan informasi akan menentukan bagaimana seorang individu dan organisasi dapat berkembang.

 Mengacu pada pendapat Alkalai (2004), terdapat lima jenis kompetensi yang melekat pada seseorang ketika dia dinyatakan sudah melek literasi digital :

1. Literasi visual, yaitu kemampuan untuk membaca dan menyimpulkan informasi dari visual.

2. Literasi reproduksi, yaitu kemampuan untuk menggunakan teknologi digital untuk menciptakan karya baru dari  pekerjaan.

3. Literasi komunikasi, kemampuan untuk memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital.

4. Lliterasi informasi, yaitu kemampuan untuk mencari, menemukan, menilai dan mengevaluasi secara kritis informasi yang ditemukan di web (internet-red).

5. Literasi sosial emosional, yaitu kemampuan mengolah aspek-aspek sosial dan emosional hadir secara daring (online).

Martin (2008) menyebutkan bahwa literasi digital bersifat berjenjang dan multi dimensi. Seseorang dapat menguasai literasi digital secara bertahap karena satu jenjang lebih rumit daripada jenjang sebelumnya. Kompetensi digital mensyaratkan literasi komputer dan teknologi, namun untuk dapat dikatakan memiliki kompetensi literasi digital, seseorang harus menguasai literasi informasi, visual, media dan komunikasi.

Pada literasi digital level satu, yaitu kompetensi digital, seseorang harus menguasai kemampuan dasar, konsep, pendekatan, dan tindakan ketika berhadapan dengan media digital. Pada level dua, yaitu penggunaan digital, seseorang dapat menerapkan aplikasi untuk tujuan produktif/profesional, misalnya penggunaan media digital untuk bisnis, pembelajaran, dsb. Selanjutnya di level teratas, yaitu transformasi digital, seseorang mampu menggunakan media digital untuk melakukan inovasi dan kreatifitas bagi masyarakat luas.

Literasi Digital Keluarga

Setelah memahami literasi digital secara umum maka, keluarga dapat menerapkan literasi digital dalam keluarganya. APJII ( Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) menyebut 196,7 juta atau 73,7 persen dari populasi warga Indonesia sudah menjadi pengguna akses internet pada kuartal II/2020. Keluarga sebaiknya mengantisipasi dampak negatif dari penggunaan teknologi digital khususnya internet. Berikut masalah-masalah yang mungkin muncul akibat penggunaan internet.

a. Kecanduan Internet

Pengguna internet paling besar adalah dari kalangan anak muda atau generasi millennial. Meningkatnya waktu yang digunakan untuk menggunakan internet dan game oleh anak dan remaja dapat meningkatkan kemungkinan menjadi suatu gangguan pada sebagian orang. Remaja lebih rentan mengalami kecanduan internet karena remaja memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar dan bagian otak yang berfungsi untuk mengendalikan perilaku masih dalam proses perkembangan. Sehingga beberapa penelitian menyebutkan bahwa sebanyak 31,4% remaja mengalami kecanduan internet. Jenis-jenis kecanduan internet yang dapat dialami dapat berupa media sosial, cybersex & cyberporn, online shop, judi, serta games online. Istilah lain kecanduan internet adalah “adiksi internet”. Kecanduan internet ditandai dengan penggunaan internet berlebihan akibat kurangnya kemampuan dalam pengendalian diri, dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, misalnya bolos kelas, penurunan prestasi sekolah dan berkurangnya jam tidur.

Apa yang harus dilakukan keluarga untuk mengantisipasi hal ini ? Pertama, tentu saja pembatasan akses terhadap gadget atau komputer. Ajaklah keluarga terutama anak-anak dan remaja untuk bedialog tentang positf dan negatif penggunaan internet dan teknologi digital. Buatlah komposisi waktu yang seimbang antara aktivitas penggunaan internet, waktu istirahat dan waktu untuk bersosialisasi agar kehidupan tetap dapat berjalan seimbang.  Anggota keluarga dapat saling mengingatkan jika salah satunya sudah melampaui batas waktu menggunakan internet. Orangtua mengawasi penggunaan gadget dan akses internet anak-anaknya secara berkal salah satunya dengan mengoptimalkan fasilitas parental control. Keluarga bersama-sama mendesain lingkungan rumah agar setiap anggota keluarga dapat dengan mudah mengawasi aktivitas digital anak dan remajanya. Setiap anggota keluarga melakukan banyak dan dialog tentang kegiatan yang dilakukan dalam dunia maya dan mengarahkan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas dalam dunia digital untuk hal-hal positif dan produktif.

B. Hoax

Masalah berikutnya adalah hoax. Arti hoax adalah informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya. Arti hoax adalah salah satu tren terburuk yang pernah ada dalam sejarah penggunaan media sosial. Hoax adalah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca atau pendengarnya untuk mempercayai sesuatu. Padahal pencipta berita tersebut tahu bahwa berita yang ia berikan adalah berita palsu. Banyak orang tertipu dan mempercayai berita hoax tersebut. Untuk menghindari informasi hoax, biasakan melakukan cek dan ricek sumber berita yang kita terima apakah sumbernya dapat dipercaya atau tidak. Kemudian lakukan konfirmasi dengan sesama pengguna sosial media untuk mengecek kebenarannya. Jangan meneruskan informasi yang belum diketahui kebenaran dan tidak jelas sumbernya.

C. Keamanan Internet

Kemudian ada bahaya cyber crime atau kejahatan dunia maya. Paling tidak ada 12 kategori kajahatan dunia maya yang perlu diwaspadai yaitu penipuan online, penipuan phising, malware, bom email, peretasan dan spamming media sosial, pencucian uang elektronik, data diddling, peretasan, cyber stalking, cyber bullying, identity theft, dan ransomware. 

Bagaimana cara melindungi keluarga dari kejahatan tersebut ? Yang pertama dan utama, jangan memberikan informasi pribadi di media sosial. Jangan mudah meng-klik atau mengakses link yang mencurigakan. Kemudian, lakukan backup data secara berkala. Gunakan password yang kuat dan otentik, sebaiknya ganti password secara berkala. Proteksi sistem dengan firewall.

Memanfaatkan Teknologi Digital Dalam Keluarga

Jadi, jangan takut untuk beraktivitas di dunia maya namun juga tetap harus berhati-hati dan waspada dari berbagai kejahatan yang mungkin saja terjadi. Tentu saja ada banyak hal positif dengan mengakses dunia digital. Banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan secara lebih efektif dan efisien. Misalnya berbelanja menjadi lebih mudah melalui berbagai online shop, informasi apapun bisa kita dapatkan dengan sangat cepat dan akurat, kita juga dapat menggunakan berbagai aplikasi yang mempermudah pekerjaan-pekerjaan, terhubung dengan teman,kerabat, kolega atau siapa saja dari berbagai belahan penjuru dunia. Dunia menjadi tanpa batas dan kita dapat menjelajahinya.

Keluarga yang hidup di era digital memang hidup di dalam peradaban baru. Sebuah peradaban dengan kecepatan kemajuan teknologi yang tidak dapat ditahan laju perkembangannya. Oleh karenanya, keluarga Indonesia secepat mungkin mampu beradaptasi sehingga dapat mengikuti perkembangan kemajuan teknologi digital, mampu memanfaatkannya dan bukan menjadi korban kemajuan teknologi. Sekian.

Salam, Asrilla Noor.

Leave a Reply